Jumat, 30 September 2011

Berbagi Dalam Pameran Foto Korea Indonesia

Deretan foto dalam Pameran Foto WFK
Cerita saya kali ini adalah tentang pameran foto hasil karya para sukarelawan yang tergabung dalam World Friends Korea (WFK). Pameran foto yang sengaja dilibatkan dalam meramaikan festival Korea Indonesia Week di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan, dari tanggal 28 September – 4 Oktober ini menampilkan gambar-gambar para sukarelawan WFK yang mengabdikan tenaga, waktu, dan pikirannya untuk masyarakat Indonesia.

Berdasarkan keterangan yang saya dapat dari pameran foto WFK ini program sukarelawan Korea di Indonesia pertama kali dilakukan pada tahun 1990 dan berlanjut hingga sekarang. Para sukarelawan – warga negara Korea, bertugas selama 2 tahun di seluruh propinsi di Indonesia. Mereka hadir untuk membantu kegiatan-kegiatan yang dilakukan instansi-instansi pemerintahan Indonesia secara cuma-cuma.

Salah satu foto yang dipamerkan, bakti relawan untuk manula
Bermacam bidang dibantu oleh para sukarelawan Korea. Bidang-bidang itu meliputi pendidikan, kesehatan, sosial, olahrga, pertanian, perikanan, dan lain sebagainya. Tak hanya sekedar membantu, para sukarelawan WFK juga saling bertukar pikiran dengan masyarakat Indonesia.

Pada pameran foto WFK yang juga didukung oleh Pusat Kebudayaan Korea atau Korean Cultural Center ini ditampilkan sekitar 20 foto kegiatan para sukarelawan selama berada di Indonesia. Kegiatan mereka bermacam-macam, seperti mengembangkan bis internet, pelatihan olahraga taekwondo, pelatihan komputer bagi pelajar-pelajar Indonesia, bakti sosial untuk para manula, pemeriksaan kesehatan untuk masyarakat umum, dan lainnya.

Bus internet
Foto-foto pada pameran foto WFK ini merupakan bagian kecil dari kerja sama yang terjalin apik antara Korea dan Indonesia. Sebagai warga dunia yang baik, saling membantu sudah barang tentu merupakan kewajiban. Tujuannya, tentu saja untuk menciptan dunia yang lebih baik, seperti program utama yang dicanangkan oleh WFK, berbagi dan belajar untuk dunia yang lebih baik.

Mengenal Korea dari Budayanya

Pekan lalu, dari siaran radio saya mendapat informasi akan adanya sebuah festival seni dan budaya antara Korea Selatan dan Indonesia, yang berlangsung di pusat perbelanjaan Gandaria City, Jakarta Selatan. Hemm.. nyatanya informasi ini menarik buat saya, dan saya putuskan untuk menyempatkan diri datang dan melihat langsung festival budaya ini.

Sa Mul Noli, permainan alat musik tradisional Korea
Dua hari lalu, saya berkunjung ke Gandaria City untuk melihat festival budaya yang bertajuk Korea Indonesia Week. Acaranya cukup ramai dengan beragam agenda kegiatan yang menarik seperti kontes K-Pop, pameran foto, pemutaran film Korea, hingga demo masak makanan Korea. O..ya, acara ini sendiri rupanya berlangsung selama beberapa hari, mulai 28 September hingga 4 Oktober.

Selang beberapa waktu saya menikmati festival Korea Indonesia Week ini. Dalam waktu yang singkat itu, saya mulai mengenal (sedikit) budaya Korea, seperti pakaian tradisional Korea atau Hanbok, permainan alat musik tradisional Korea yang bernama Sa Mul Noli, dan juga Jae Gi Cha Ji sebuah permainan tradisional Korea yang fokus pada ketangkasan kaki para pemainnya.

Rumah tradisional Korea, Hanok
Di festival ini juga, saya sempat melihat sebuah gambar besar rumah tradisional Korea atau Hanok. Kemudian, saya juga sempat menikmati tarian tradisional Korea yang bernama Bu Che Chum. Tarian ini merupakan tari kipas, dimana para penarinya mengenakan busana tradisional Korea. Dan satu hal yang membuat saya bangga, tari Bu Che Chum yang dipentaskan di festival Korea Indonesia Week ini dibawakan oleh para remaja Indonesia.

Melalui acara ini, pertukaran budaya antara Korea dan Indonesia sepertinya sedang terjadi. Dan hal itu saya anggap sebagai kegiatan yang positif. Kalau tadi remaja Indonesia membawakan tarian tradisional Korea, selanjutnya ada kelompok paduan suara anak-anak dari Jakarta Korean Children, yang semua anggotanya adalah anak-anak Korea, yang menyanyikan lagu-lagu Indonesia seperti Potong Bebek Angsa dan Bengawan Solo… luar biasa.
 
Jakarta Korea Children menyanyikan lagu Potong Bebek Angsa
Ragam budaya Korea tadi betul-betul indah dan menarik buat saya. Jika ada kesempatan, saya ingin berkunjung langsung ke Korea, untuk berwisata sekaligus mengenal Korea lebih dekat. Bagaimana… Anda juga tertarik mengenal budaya dan wisata Korea?

Kamis, 29 September 2011

Banyak yang Enak di Festival Kuliner Nusantara


Hari Minggu lalu, saya dan keluarga menyempatkan diri jalan-jalan ke salah satu mall yang ada di daerah Gading Serpong, Tangerang. Mall tersebut cukup besar, ramai, dan lengkap. Satu yang menarik perhatian saya, rupanya di mall itu sedang ada acara yang namanya Festival Kuliner Serpong. Wah, pasti banyak makanan enak, begitu pikir saya saat itu.
Benar saja, begitu masuk ke bagian pelataran mall, sudah berjajar puluhan stand penjaja kuliner, yang semuanya menyediakan makanan khas Indonesia, luar biasa. Pertama saya coba mendatangi stand nasi, di deretan ini ada bermacam masakan nasi asli nusantara, misalnya nasi Bali, nasi jenggo, nasi kucing, nasi ayam betutu sambel gledek, dan lain sebagainya.

Sesaat saya mencoba nasi kucing, sekedar mau tahu saja apa sih bedanya dengan nasi kucing yang biasa dijual oleh pedagang ankringan di Jogja sana. Ehm.. rupanya hampir sama, sama-sama enak, sama-sama berlaukan kering tempe dan teri serta sedikit sambal Jawa.
Selepas menikmati nasi kucing tadi, kembali saya berkeliling untuk melihat lebih jauh makanan nusantara apa saja yang ada, selain nasi. Yang sempat saya lihat antara lain sate kuda, ketupat sayur, rujak bebek, es cendol.. wah-wah, semuanya makanan ndeso yang super lezat.
Mengunjungi festival makanan Indonesia ini, terutama di hari Minggu lumayan ramai. Banyak pengunjung yang berebut ingin mencoba macam-macam makanan nusantara tadi. Dalam benak saya, kapan lagi bisa menemukan makanan tradisional yang unik, kalau tidak di acara-acara seperti ini.
O..ya, acara festival makanan Indonesia ini berlangsung selama beberapa hari, dari tanggal 23 September sampai 9 Oktober mendatang. Jadi buat teman-teman sekalian yang mau coba icip-icip makanan tradisional Indonesia, masih ada kesempatan untuk datang ke acara ini.
Gambar:
http://serpong.kompas.com/

Rabu, 28 September 2011

Pesona Gua Batu Malaysia


Salah satu kuil di Gua Batu
Menyambung cerita saya sebelumnya, yang berjudul Tak Cukup Semalam di Malaysia, perjalanan saya berlanjut ke sebuah kawasan wisata yang juga sangat populer di negeri Jiran yakni Gua Batu. Gua Batu ini menyuguhkan keindahan alam yang luar biasa, yang merupakan sebuah situs perpaduan antara gua masa lalu dan kuil Hindu.


Gua Batu sendiri berjarak sekitar 13 km dari Kuala Lumpur. Lokasi tepatnya ada di kawasan komplek bukit kapur Gombak. Tiga gua utama menjadi objek wisata andalan dari Gua Batu ini. Satu yang termasyur adalah gua Kuil yang biasa digunakan untuk memuja Dewa Murugan.

Dari Kuala Lumpur, untuk dapat sampai ke Gua Batu, saya memilih menggunakan taksi. Pun begitu, ada alternatif moda transportasi lain yang bisa dipilih selain taksi, yakni bus umum atau kereta api yang berangkat dari Central Station.

Patung emas Dewa Murugan
Ketika menginjakan kaki di komplek wisata Gua Batu ini, di bagian pelataran gua saya disambut patung emas Dewa Murugan yang tampak kokoh dan tinggi menjulang. Patung yang tingginya sekitar 42 meter ini konon merupakan salah satu patung tertinggi di dunia.

Menurut turis setempat yang sering berkunjung ke Gua Batu ini, komplek kuil Gua Batu merupakan salah satu kuil Hindu yang cukup populer yang berada di luar India. Untuk sampai ke pelataran kuil sekaligus menikmati keindahan gua dan ornament kuil lainnya, saya dan para turis yang lain harus menapaki anak tangga sebanyak 272 anak tangga dengan ketinggian kira-kira 100 meter.

Melewati 272 anak tangga di Gua Batu
Kawasan Gua Batu sendiri juga cukup asri. Pepohonan besar tumbuh rindang menyejukan sekitaran komplek Gua Batu ini. Nah, untuk para turis juga, pengelola Gua Batu menyediakan fasilitas audio tour yang akan memberi penjelasan lebih dalam seputar kisah Gua Batu.

Gua Batu Malaysia menyimpan berjuta pesona akan keindahan alam, religi, dan historinya. Jika Anda sekalian berkunjung ke Malaysia, jangan lupa untuk mampir juga ke Gua Batu ini.

Selasa, 27 September 2011

Pixis Space, Mini Kotak dari Toyota

Toyota Pixis Space, mini car pertama dari Toyota
Toyota meluncurkan mobil mininya yang pertama. Mobil yang beri nama Pixis Space ini diperkenalkan di Jepang pada minggu terakhir September ini. Pixis Space yang berdesain kotak ini disebut-sebut asli buatan Daihatsu, anak perusahaan Toyota. Sementara Toyota sendiri hanya melakukan sentuhan akhir pada mobil kecilnya ini, seperti memasang beberapa label Toyota pada bagian-bagian tertentu dari Pixis Space.

Mengutip dari kompas.com, Toyota Pixis Space dihadirkan dalam dua varian yakni Pixis Space L dan X, yang bisa dipesan khusus semisal Custom X, Custom G, dan Custom RS. Pixis ini tersedia dalam delapan pilihan warna. Mobil mini Toyota ini juga memiliki fitur khusus berupa system eco-IDLE atau fungsi stop-langsam pada model X dan Custom G. dengan teknologi tersebut ditambah juga mesin 600 cc dan transmisi CVT, konsumsi bahan bakar Pixis Space disebut-sebut sangat irit, 25,5 km per liter.

Ruang kemudi Pixis Space nan elegan
Mobil kotak ini dipasarkan dengan harga mulai Rp 135 jutaan sampai Rp 193 jutaan. Kemudian, mobil ini termasuk juga sebagai mobil ceper sehingga penumpangnya bisa memasukan barang-barang bawaan dengan mudah.

Kalau melihat model atau bentuknya, menurut saya mobil ini cukup lucu dan menarik. Bentuk-bentuknya mirip dengan mobil Mr. Bean. Tapi kira-kira, apakah mobil ini akan dipasarkan juga di Indonesia, atau hanya khusus untuk di Jepang saja?

gambar:

Jumat, 23 September 2011

Film Mati Muda Dipelukan Janda, Perang Cinta 2 Janda untuk 1 Pemuda

Poster film Mati Muda Dipelukan Janda
Cinta sejati tak pernah memandang status sosial maupun latar belakang lainnya. Yang ada hanyalah murni hubungan kasih sayang antara dua insan yang ingin saling mengisi dalam hidupnya. Seperti yang dikisahkan oleh film yang satu ini, Mati Muda Dipelukan Janda, dimana ada seorang pemuda yang benar-benar jatuh cinta kepada wanita yang menyandang status janda.

Film yang mulai dirilis di bioskop pada 22 September ini mengangkat cerita tentang kehidupan umum di masyarakat, khususnya perempuan dengan status janda.

Film bergenre drama ini tidak hanya mengisahkan persaingan dua janda dalam mendapatkan seorang pemuda. Film ini juga menyoroti sekelumit permasalahan sosial yang lazim terjadi di masyarakat, mulai dari kehidupan kaum transgender, sepak terjang pekerja sipil, hingga tragedi perisahan antara anak dan orangtua.

Dalam Mati Muda Dipelukan Janda, tersebutlah seorang pemuda bernama Rahmat yang diperankan oleh Ihsan Tarore, yang bergabung dengan satuan polisi pamong praja demi sebuah seragam. Tujuan Rahmat ini sebenarnya untuk mendapatkan simpati Ratih (Ayu Pratiwi), seorang janda muda yang ditinggal mati suaminya.

Pada babak awal, hubungan Rahmat dan Ratih berjalan normal, hingga munculah sosok Sari yang diperankan oleh Shinta Bachir, janda pemilik warung nasi yang juga jatuh hati kepada Rahmat. Sari yang “gesit” itu rupanya tak menyukai kedekatan Ratih dengan Rahmat. Selanjutnya, munculah sejumlah konflik di antara ketiga tokoh tadi.

Ihsan Tarore sebagai Rahmat
Ayu Pratiwi sebagai Ratih
Shinta Bachir sebagai Sari
   Gambar: google