Selasa, 20 September 2011

Karena Kemarau Kami Kelaparan

Musim kemarau yang berkepanjangan membawa kesengsaraan bagi sejumlah warga dunia. Dari tanah air, sejumlah daerah kering kerontang dan masyarakatnya kesulitan mendapatkan air bersih. Para petani pun harus meratapi sawah, kebun, dan ladangnya yang tak bisa ditanami karena tak ada air.

Beberapa waktu lalu, saya membaca sebuah artikel pada sebuah majalah. Artikel yang menceritakan derita kelaparan warga Somalia benar-benar menyentuh hati saya. Di situ dituliskan, banyak orangtua harus kehilangan anaknya karena kelaparan.

Warga Somalia sedang menghadapi ujian berat. Mereka begitu menderita karena tanahnya kering, tiada hujan selama bertahun-tahun. Tak ada air, berarti tak ada tumbuhan, dan tak ada tumbuhan berarti tak ada makanan. Bukan saja manusia, hewan ternak pun turut menjadi korban kelaparan.

Kamp-kamp pengungsian menjadi setitik harapan. Di sebuah kamp pengungsian di Kenya, 382 ribu orang dari Somalia, Etopia, dan Kenya menggantungkan secercah asa untuk melanjutkan hidup. Pun begitu, perjalanan untuk mencapai kamp pengungsian juga harus dibayar mahal, tak sedikit pengungsi yang meninggal dalam perjalanan karena tak kuat lagi menahan lapar dan panasnya sinar matahari.

Disebutkan juga, seorang janda berusia 29 tahun bernama Faduma Abdullahi mengungsi ke kamp penampungan bersama kelima anaknya yang masih kecil. Perjalanan berat harus mereka lalui dengan berjalan kaki selama 37 hari. Sehari menjelang sampai di kamp pengungsian, dua anak Fadima yang berumur 4 dan 5 tahun, menutup mata karena terlalu letih dan lapar.

Duka Faduma tak berhenti di situ, karena miskin, Faduma tak mampu menguburkan jasad kedua anak tercintanya. Ia hanya bisa menangis, dan meninggalkan jasad anak-anaknya di bawah pepohonan dan berlalu.. melanjutkan perjalanan ke kamp pengungsian.

Menurut sebuah situs internasional kemanusiaan, hingga 5 September 2011, akibat kekeringan yang begitu buruk di Afrika timur, puluhan ribu orang telah meninggal dunia. Dan yang mengenaskan lagi, separuh di antaranya adalah anak-anak.

Sejumlah negara atau badan-badan kemanusiaan internasional memang sudah memberikan bantuan menanggulangi kekeringan di Somalia, hanya saja bantuan itu belum mampu membantu mereka yang kelaparan dengan sangat baik. Ulah pemberontak militan Somalia yang acap kali merampok kiriman bantuan juga makin menambah penderitaan warga Somalia.
 
Gambar: google

2 komentar:

  1. kehidupan disomalia memang memprihatinkan, bukan hanya karena negaranya yang miskin tapi juga masih belum adanya pendidikan yang memadai. ditambah musaibah kekeringan yang tengah melanda, sungguh miris melihatnya..

    BalasHapus
  2. @ Jimmy : makanya, kita yang di Indonesia harusnya bersyukur, masih diberi makanan, air, gak ada perang. Di belahan bumi lain, kayak di Somalia ini, masih banyak orang yang kelaparan atau jadi korban perang. Makasih lho dah mampir ke blog saya..

    BalasHapus